Kebakaran hutan di lereng Gunung Ciremai yang terjadi pada Kamis (21/09) lalu menghanguskan lahan lebih dari 40 hektare.
Petugas Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) Darsono mengatakan, setelah kebakaran padam kini masih ada yang harus diwaspadai yakni kepulan asap dan api kecil dibawah batu. Api di balik batu, walaupun kecil tapi memiliki potensi bahaya yang besar.
Walaupun api berhasil di padamkan setelah 8 jam, kini belum sepenuhnya dinyatakan aman. Karena memasuki hari ke-3 setelah kebakaran masih banyak kepulan asap dan bereberapa titik api di bawah batu.
“Masih ada asap, ternyata ketika kita cek ke lokasi di bawah batu itu masih ada api,” katanya, Minggu (24/05)
Ia melanjutkan, api lama yang tersisa di bawah batu itu tersebar di beberapa titik karena kebakaran yang terjadi pun tersebar kurang lebih di 4 titik.
“Di setiap titik kami temukan dan langsung dipadamkan, dan kalau ada asap sekecil apapun itu juga kita padamkan. Karena, kalau tidak cepat-cepat diamankan api-api kecil itu berpotensi menimbulkan kebakaran lagi,” ujarnya.
Namun, pemadaman sisa api itu bukan tanpa kendala, ia mengaku, keterbatasan alat sempat menyulitkan proses pemadaman.
“Api itu kan adanya di bawah batu, mengangkat batunya yang sulit. Karena kita hanya mengandalkan tangan dan peralatan yang ada,” katanya.
Kepala Badan Penanggunalangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, Agus Mauludin mengatakan, api mulai terlihat sekitar pukul 15.00 Wib di Batu Saheng Dusun Binakarya Pakuncen Desa Kaduela Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan.
“Kebakaran menyebabkan sebagian tegakan semak belukar tegakan sonokeling dan beberapa bagian tanaman restorasi terbakar,” terangnya.
Sementara, Anggota DPR RI Herman Khaeron mengapresiasi peran serta masyarakat sekitar yang tanggap terhadap kebakaran hutan.
“Setelah berbicara dengan petugas TNGC, katanya masyarakat disini ikut membantu pemadaman api. Ini kan luar biasa,” katanya, ditemui saat kunjungannya ke awasan TNGC.
Ia menyatakan, penanganan kebakaran hutan tidak hanya dilakukan ketika bencana itu terjadi tetapi tindakan pencegahan pun perlu ditingkatkan.
“Vegetasi di sekitar, rawan terbakar saat musim kemarau dan medannya berat sekali karena berbatu-batu, ini pasti mempersulit pemadaman api,” ujarnya.
Menurutnya, pengelolaan kawasan sekitar dijadikan objek patiwisata sangat penting untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan.
“Wisata Batu Luhur ini lingkungannya sangat terawat dengan baik. Padahal, objek wisata ini dekat sekali dengan lokasi kebakaran. Kita bisa lihat, pariwisata dapat mencegah kebakaran, karena masyarakat sekitar ikut mengelola, dan manfaat ekonominya pun cukup tinggi,” katanya. (Johan)
sumber: cirebontrust