Kunjungan pimpinan Komisi VII DPR RI dan jajaran direksi pertamina pusat ke lokasi semburan gas alam di Desa Sukaperna Kecamatan Tukdana Indramayu disambut antisias warga setempat.
Kesempatan itu pun dimanfaatkan warga korban semburan gas untuk menyampaikan unek-unek yang selama ini dipendam dan tak tersalurkan.
“Sumur bor air milik warga tidak keluar air setelah ada pengeboran pertamina,” ujar Soleh, warga Sukadana dihadapan Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Herman Khaeran dan jajaran Direksi pertamina pusat dan instansi terkait lainnya di lokasi semburan gas Desa Sukadana.
Dia menjelaskan sejak ada pengeboran pertamina di daerahnya titik kebocoran gas terus bertambah yang senula hanya beberapa titik saat ini sudah mencapai 195 titik. “Saya bosan dari tahun 2015 sejak pertama kali ada semburan gas di dekat lokasi pengeboran, pihak pertamina selalu bilang itu hanyalah gas rawa yang tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya,” tegas Soleh.
Hal senada disampaikan Kuwu Sukaperna, Khasanudin yang mengaku kecewa dengan pihak pertamina yang selama ini terkesan tak peduli dengan kondisi yang dialami warganya.
“Kami tidak butuh uang maupun kompensasi yang kami butuhkan kembalikan Sukaperna seperti yang dulu sebelum ada pengeboran pertamina,” luap Kuwu dengan nada emosional mendengar pernyataan Direktur Utama Pertamina EP Nanang Abdul Manaf yang mengatakan semburan gas tidak ada hubungannya dengan pengeboran pertamina dan gas yang keluar tidak berbahaya.
Sementara itu anggota DPR RI Herman Khaeron mengaku perihatin dan bisa memahami keresahan yang dialami warga Sukaperna yang terkena dampak semburan gas alam liar di Desa Sukaperna.
“Kami bisa merasakan penderitaan yang dialami warga Ciperna dan sekitarnya yang terkena dampak semburan gas. Dan ini tidak bisa dibiarkan karena gas sudah dimana-mana. Sehingga persoalan ini harus segera dituntaskan,” ujar pria yang akrab dipanggil Hero seraya meminta pertamina segera melakukan tindakan nyata untuk menyelesaikan persoalan tersebut. (Amar).
sumber: jurnalcirebon