hermankhaeron.info – Indonesia masuk 25 besar dunia atau satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masuk dalam Index Keberlanjutan Pangan atau Food Sustainability Index (FSI). Wakil Ketua Komisi IV DPR Herman Khaeron berharap, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman dan segenap jajaran Kementan tidak berpuas diri dan terus meningkatkan kinerjanya.
“Karena tantangan bidang pangan ke depan akan semakin berat,” kata Herman dalam keterangan tertulis dari Kementan, Selasa (5/7/2017).
Menurut Herman, melonjaknya laju pertanian di Indonesia sebagaimana hasil studi The Economist Intelligence Unit (EIU) tersebut merupakan wujud kesinambungan kinerja Kementan. Kesuksesan itu, tidak lepas dari kerja sama dari seluruh instansi terkait, baik di pemerintahan, DPR, pemerintah daerah (pemda), serta petani.
“Keberhasilan ini tidak terlepas dari upaya panjang menuju kedaulatan, kemandirian, ketahanan, dan keamanan pangan dari kinerja pemerintahan sebelumnya yang tidak terputus dilanjutkan oleh pemerintahan saat ini.
“Atas prestasi tersebut, (Mentan dan Kementan) pantas diberikan apresiasi,” ungkapnya.
Pada kesempatan terpisah, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir, berpendapat capaian signifikan tersebut membuktikan perkembangan sektor pertanian di Indonesia selaras dengan program pemerintah. Riset EIU itu pun menjadi ‘argumen’ tak terbantahkan untuk pihak-pihak yang selama ini mengkritisi kinerja pemerintah di sektor agraria dan pangan.
“Bagi yang masih meragukan sudah terjawab. Semuanya sudah sangat transparan sekali, bahwa Indonesia pertaniannya memang hebat,” kata Winarno.
Artinya pertanian kita mengalami kemajuan yang signifikan dibanding tahun sebelumnya. Karena badan dunia juga seperti FAO mengapresiasi kemajuan yang dicapai Indonesia.
Sementara itu, Ketua Komite II DPD, Parlindungan Purba, juga menyampaikan torehan positif dari lembaga internasional tersebut membanggakan Indonesia. Karena capaian Kementan di bawah komando Amran itu menjadi perhatian dunia.
“Ini berkat kerja keras pemerintah yang telah mulai membuahkan hasil yang menggembirakan,” jelas anggota DPD dari Sumatera Utara itu.
Parlindungan mengatakan, Amran dan stafnya pun telah berhasil membina kerja sama dengan instansi terkait, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera), TNI, serta lainnya dalam masalah irigrasi dan sebagainya.
“Keberhasilan ini, karena koordinasi yang mantap,” kata Parlindungan.
Penelitian FSI menggunakan pertimbangan 2/3 penduduk dunia berada di 25 negara tersebut dan sudah mencakup 87 persen dari total PDB dunia. Riset disusun berdasarkan 58 indiaktor dan mencakup empat aspek. Aspek tersebut yakni secara keseluruhan (overall), pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), kehilangan atau susut pangan dan limbah (food loss and waste) serta aspek gizi (nutritional challenges).
Aspek secara keseluruhan, Indonesia berada di peringkat 21 dengan skor 50,77 setelah Brasil. Namun Indonesia berada di atas Uni Emirat Arab, Mesir, Arab Saudi, dan India.
Untuk aspek pertanian berkelanjutan, Indonesia bercokol di rangking 16 (53,87) setelah Argentina. Namun Indonesia berada di atas Cina, Ethiopia, Amerika Serikat, Nigeria, Arab Saudi, Afrika Selatan, Mesir, Uni Emirat Arab, dan India. Pada kategori ini, Indonesia mendapat skor tinggi pada ketersediaan sumber daya air yang melimpah, rendahnya dampak lingkungan sektor pertanian pada lahan, keanekaragaman hayati lingkungan, produktivitas lahan, serta mitigasi perubahan iklim.
Sementara itu, dari aspek kehilangan atau susut pangan dan limbah, Indonesia bertengger di peringkat 24 (32,53) setelah Uni Emirat Arab dan berada di atas Arab Saudi. Indonesia termasuk dalam kategori sedang dalam upaya mengatasi masalah kehilangan makanan (food loss).
Selanjutnya aspek gizi, Indonesia masuk peringkat 18 (56,79) setelah Brasil serta berada di atas Turki, Rusia, Mesir, Meksiko, Afrika Selatan, Nigeria, dan India. Pada kategori itu, Indonesia dipandang mampu mengatasi masalah defisiensi micronutrient, prevalensi kelebihan gizi, kurang gizi, kelebihan gula, serta mampu membeli makanan segar.
sumber: finance.detik