hermankhaeron.info — Rencana pemerintah untuk membagikan lahan seluas 30 juta hektare disambut baik oleh Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Pembagian lahan tersebut diharapkan mampu memberikan manfaat besar bagi para petani, dan juga peternak skala kecil.

Terutama bagi petani-petani yang tidak memiliki lahan saat ini. Itu apabila pemberian lahan tersebut targetnya adalah untuk mencapai swasembada pangan. Pernyataan ini disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Herman Khaeron.

“Semestinya kalau targetnya untuk mencapai swasembada, yang harus mendapatkan lahan itu petani yang di lapangan, petani tanaman pangan,” kata Politikus Partai Demokrat itu, saat dihubungi melalui, seluler, Rabu (14/3).

Lanjut Herman, kalau pun ada keinginan Presiden yang disampaikan dalam rapat konsultasi dengan institusi yang lain, atau dengan para pimpinan lembaga negara lain, maka yang harus dibicarakan bagaimana mengambil lahan dari penertiban. Disamping itu pemerintah juga harus menggunakan Undang-undang nomor 19 tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani.

Karena dalam undang-undang itu bisa dijadikan sebagai acuan untuk memberikan kepada siapa yang berhak menerima. “Salah satunya adalah kepada petani tanaman pangan yang luas lahannya saat ini masih dibawah dua hektar, bagi para perkebunan berskala kecil, bagi para peternak berskala kecil, terutama para petani yang tidak memiliki lahan,” tambahnya.

Pemberian lahan kepada petani skala kecil, itu supaya perbandingan luas lahan terhadap lahan pertanian semakin ekonomis. Namun pihaknya meminta agar pemerintah juga memperhatikan ketersedian lahan yang tersisa saat ini. Mengingat luas lahan yang dimiliki saat ini terus berkurang, bahkan sekarang hanya tinggal 124 juta hektar, itu miliki oleh perhutanan.

sumber: http://m.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/17/03/15/omuynv415-petani-skala-kecil-berhak-dapatkan-lahan#

Herman Khaeron Kini Saatnya Terapkan Ekonomi Pancasila

hermankhaeron.info –  Pemerintah diminta memperbaiki data pangan nasional yang menjadi pangkal masalah amburadulnya kebijakan pangan. Satu-satunya data yang dapat dipercaya hanyalah harga pangan.

“Data paling bisa dipercaya adalah harga karena semua punya akses dan bisa merasakan. Jika harga tinggi itu banyak pihak teriak. Harga merupakan hasil interaksi antara supply dan demand. Keduanya rusak, maka harga tidak bisa bohong,” kata Faisal Basri, Pengamat Ekonomi, dalam Diskusi Forum Wartawan Pertanian bertemakan “Membenahi Data Pangan dan Pertanian Nasional”, di Jakarta, Jumat (18/3/2017).

Karut marutnya data pangan lantaran BPS tidak punya wewenang penuh terhadap persoalan data. Walaupun, Presiden Joko Widodo sudah mempercayakan masalah data berada di tangan Badan Pusat Statistik (BPS).

“BPS bekerjasama dengan Kementerian Pertanian. BPS menghitung produksi dan Kementan masih menghitung luas areal,” jelasnya.

Herman Khaeron, Anggota Komisi IV DPR, mengakui wewenang Kementerian Pertanian lebih dominan dari BPS dalam persoalan data pertanian. Komposisinya 25% data dikelola BPS dan 75% berada dalam wewenang Kementerian Pertanian.

“Lucunya, luas baku sawah berdasarkan data 2009 dan 2017 tetap sama 8 juta hektare. Kendati ada laporan cetak sawah baru tiap tahun,” katanya di forum yang sama.

Enny Sri Hartati, Direktu INDEF, menyebutkan butuh kejujuran berbagai pihak untuk membangun kualitas data yang benar. Dicontohkannya, salah satu kerjasama survei antara INDEF dan Kementerian Pertanian mengenai tingkat kepuasan petani sebesar 76%. Sebenarnya, survei ini untuk menunjukkan tingkat kepuasan kepada petani penerima bantuan dan program dari Kementan. Peserta survei ini berjumlah 1.200 petani di 63 kecamatan dan 254 desa.

“Tapi Kementan memakai survei ini untuk menunjukkan tingkat kepuasan petani umum. Kemana -mana pakai ini,” kata Herman Khaeron.

Sadar Subagyo, Sekjen Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, mengusulkan supaya peranan BPS direvitalisasi sehingga tidak ada lagi data yang berbeda di tiap kementerian. Dengan begitu dapat dilakukan unifikasi data untuk memperoleh data akurat dan kredibel.

sumber : https://sawitindonesia.com/rubrikasi-majalah/berita-terbaru/ini-penyelesaian-karut-marutnya-data-pangan/