Rabu (05/07) pagi, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono mampir ke Cirebon dalam agenda santai, sengaja untuk santap siang di salahsatu rumah makan di Ciperna, Kabupaten Cirebon.
Di Cirebon, Presiden ke-6 RI tersebut disambut ratusan kader dan para bacaleg yang sudah menunggu sejak pagi.
Kepala BPOKK DPP Partai Demokrat, Ir Herman Khaeron mengatakan, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat sengaja berkunjung ke Cirebon dalam agenda santai, namun berkesempatan menyapa, dan memberikan arahan kepada para kader, struktur partai hingga para Bacaleg partai Demokrat.
“Kehadiran pak SBY, untuk memberikan semangat juang bagi kami di Cirebon, karena Jabar adalah lumbung suara Demokrat. Turut hadir, fungsionaris DPD Provinsi Jabar, ketua DPC se-Jabar serta para bacaleg,” kata Hero.
Sementara itu, Dalam arahannya, SBY kembali membakar semangat dan tekad para kader, pengurus serta bacaleg yang akan berlaga pada Pemilu 2024.
“Semangat, tekad dan ikhtiar, itulah satu-satunya jalan menuju kemenangan. Allah akan menilai dan mencatat niat baik yang kita lakukan,” ungkap SBY.
Presiden ke-6 RI tersebut membeberkan, ada dua kunci yang harus dipegang oleh para kader untuk berjuang memenangkan partai, yang pertama adalah perjuangan dan ikhtiar maksimal para kader, dan yang kedua hal yang sepenuhnya harus dipasrahkan, yakni kehendak Allah.
“Namun dalam perang yang amanah ini, para kader didepan, para caleg, baik pusat maupun daerah. You’re fighting the battle, yang bertempur disitu adalah kalian, maka, bertempurlah baik-baik, dengan cara baik, dengan niat yang baik, karena tujuannya baik, melakukan sesuatu untuk rakyat yang kita cintai,” jelas SBY.
Dalam kesempatan tersebut, SBY juga berbagi ceritanya, saat menghadapi pertarungan Pilpres di tahun 2004.
“Saya ingin berbagi cerita sedikit, 2004 dulu, ketika dilaksanakan Pilpres, ada lima pasang capres-cawapres, ada 10 orang yang berlaga,” ujae SBY.
Pertama, tutur SBY, Pilpres saat itu diikuti oleh Megawati Soekarnoputri, yang notabene adalah presiden incumbent, yang didampingi oleh Ketua PBNU, KH Hasyim Muzadi.
Kedua, ada pasangan Hamzah Haz, wakil presiden incumbent, yang didampingi jenderal TNI Agum Gumelar.
Ketiga, ada Amien Rais, seorang tokoh reformasi, yang saat itu didampingi Siswono Yodo Husodo, keempat ada jenderal TNI Wiranto, seorang mantan panglima TNI yang didamlingi oleh KH Solahudin Wahid, adik kandung dari Gus Dur.
“Itu kaliber berat semua, senior-senior saya, lebih dikenal oleh rakyat ketimbang saya, baru kelima saya dengan pak JK,” tutur SBY.
Diakui SBY, saat itu, banyak pihak tidak percaya bahwa pasangan SBY-JK bisa memenangkan Pilpres 2004, bahkan bisa menang dua periode.
“Tetapi itu, saya didampingi almarhumah Ibu Ani, berangkat dari bismillah, mohon pertolongan Allah, yang saya lakukan, pagi, siang, sore, malam, adalah bertemu saudara kita rakyat Indonesia, I talk to them, sangat melelahkan, tetapi harus saya lakukan, saya kenalkan diri, saya mendengarkan, inginnya apa, harapannya apa ratusan tempat dalam satu minggu,” beber SBY.
Dalam memenangkan pertarungan, masih diceritakan SBY, ia hanya memiliki keyakinan, tanpa ada strategi dan teori lain.
“Hanya itu, saya tidak punya teori lain, tisak ada strategi lain, ada akhirnya, rakyat harus disapa, rakyat harus ditemui, hanya itu, tidak ada resep ajaib, tidak ada jalan pintas, tolong direnungkan baik-baik, waktu masih ada, Insya Allah sejarah memberikan kesempatan,” imbuh SBY, yang melanjutkan agendanya dengan makan siang dan langsung kembali ke Jakarta. (sep)
sumber: rakyatcirebon