Pemerintah Kembali Didesak Segera Bentuk Badan Pangan Nasional

hermankhaeron.info – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar terus menkampanyekan program one day no rice. Karena, hingga saat ini, konsumsi masyarakat masih didominasi oleh beras. Bahkan, tingkat konsumsi beras masya rakat Jabar pada 2015 naik s ekitar 0,47 kg bila dibanding kan 2014.

Pada 2015, konsumsi beras masyarakat Jabar sebesar 86,7 kg per kapita per tahun. Pada 2014, konsumsi beras hanya 86,23 kg per kapita per tahun. Namun, mes kipun konsumsi beras di Ja bar naik pada 2015, tingkat kon sumsi beras di Indonesia masih lebih tinggi dibanding Jabar.

“Konsumsi beras penduduk In donesia pada 2015 mencapai 98,8 kg per kapita per tahun,” ujar Kabid Konsumsi dan Keamanan Pangan, Badan Ketahanan Pa ngan daerah Jabar, Lilis Irianing sih kepada wartawan di sela-sela acara Lomba Cipta Menu Tingkat Provinsi 2016, belum lama ini.

Berdasarkan hasil analisis, kualitas konsumsi pangan masyarakat Jabar masih belum mencapai kondisi ideal. Saat ini, kecukupan energi di Jabar masih didominasi kelompok pangan padi-padian, yakni mencapai 70 persen. Padahal, jika mengacu pada standar ideal, kontribusi angka kecukupan energi (AKE) untuk kelompok padi-padian sebesar 50 persen dari total AKE.

“Konsumsi masyarakat Jabar masih didominasi oleh beras. Makanya, konsumsi padi-padian masih tinggi,” kata Lilis Untuk umbi-umbian, kata dia, pada 2015 konsumsi masyarakat Jabar mencapai 10,2 kg per kapita per tahun. Konsumsi pa ngan hewani sebesar 33 kg per ka pita per tahun, dan konsumsi sayur dan buah mencapai 74,4 kg per kapita per tahun.

Lilis mengatakan, konsumsi protein masyarakat Jabar pada 2015 pun mengalami peningkat an. Yakni, mencapai 60,5 gram per kapita. Padahal, pada 2014, kon sumsi protein di Jabar hanya 58,5 gram per kapita. Konsumsi protein masyarakat Jabar ini telah meme nuhi angka kecukup an protein.

Dikatakan Lilis, Pemprov Jabar terus berupaya untuk memperkenalkan karbohidrat non beras pada masyarakat. Oleh ka rena itulah Jabar membuat ke bijakan one day no rice yang ma sih terus dikampanyekan hingga saat ini.

Namun, kata dia, agar program ini bisa sukses, Pemprov Jabar pun harus gencar mensosialisasikan karbohidrat pengganti beras. Agar, masyarakat bisa akrab dan terbiasa mengonsumsi karbohidrat nonberas seperti singkong, ubi, atau talas.

Wakil Ketua Komisi IV DPR Herman Khaeron mengatakan, pola konsumsi masyarakat tergolong beragam. Baik pangan sumber karbohidrat maupun protein, konsumsinya cukup tinggi sebesar 68,89 persen. Namun, dalam penelitiannya, ditemukan bahwa rata-rata konsumsi pangan yang tinggi ini ternyata belum mencerminkan diversifikasi pangan karena bias terhadap beras dan mi instan.

“Pola produksi dan pola dis tribusi pangan masyarakat juga dinilai belum mendukung diversifikasi pangan,” ujar Herman dalam sidang doktornya di bidang Pertanian dengan disertasi berjudul ‘Model Pengembangan Diversifikasi Pangan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Studi Kasus di Jawa Barat’, belum lama ini.

Herman menilai, tingkat ke tahanan pangan masyarakat di Provinsi Jabar terkategori rendah dalam segi ketersediaan dan pemanfaatan pangan. Namun, ketahanan pangan relatif tinggi dalam segi kesesuaian dan keter jangkauan pangan.

Meskipun pangan tersedia namun tidak merata, cenderung homogen pada beras dan mi instan. “Hasil penelitian menun jukkan sebagian besar atau 56,47 persen masyarakat belum memperhatikan manfaat pangan sehingga gizinya kurang berim bang dan bernutrisi,” katanya.

Menurut Herman, model diversifikasi pangan yang dikem bangkan harus berdasarkan pen dekatan humanis dan bersifat ko laboratif, partisipatif, dan integ ratif di antara seluruh elemen terkait. Karena itu, model yang di kembangkan harus mengedepan kan penghargaan terhadap komoditas dan nilai global namun mengedepankan moral, keragaman hayati, nilai lokal, partisipasi, dan identitas bangsa yang merupakan model pengembangan diver si fikasi pangan demokratis. ¦ 

sumber: republika